7 Amalan Menurut Balasannya dalam Islam

Amalan dalam islam – Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa dalam setiap perbuatan yang dilakukan kita tentu nantinya akan diperhitungkan serta pelakunya akan menerima balasannya.

Jika melakukan kebaikan maka ia akan menerima kebaikan pula. Dan jika sebaliknya maka balasan yang diterima pun sebaliknya juga.

7 Amalan Menurut Balasannya dalam Islam

7 amalan dalam islam

Balasan baik maupun buruk yang diberikan Allah terhadap hamba-Nya karena perbuatan tersebut menunjukkan keadilan serta rahmat kasih sayang Allah SWT.

Dari berbagai amalan yang bisa dilakukan manusia, dari perspektif sisi balasan yang didapatkan, perbuatan atau amal dari setiap orang itu terbagi menjadi tujuh kategori. Dijelaskan oleh Imam Nawawi pada syarah kitab Arba’ȋn-nya:

 لأعمال سبعة: عملان موجبان وعملان واحد بواحد وعمل الحسنة فيه بعشرة وعمل الحسنة فيه بسبعمائة ضعف وعمل لا يحصى ثوابه إلا الله تعالى

Yang artinya: “Amal itu ada tujuh macam, yakni dua amalan yang memastikan, dua amalan di mana satu dibalas dengan satu, amal kebaikan yang di dalamnya terdapat sepuluh pahala, amal kebaikan yang di dalamnya terdapat tujuh ratus kali lipat pahala, dan amalan yang tidak bisa menghitung pahalanya kecuali oleh Allah saja” (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Syarhul Arba’ȋn An-Nawawiyyah. Dari ketujuh kategori amalan pada syarah tersebut, lantas amalan apa saja yang dapat masuk di masing-masing kategori itu?

Pertama dan kedua, dua macam amalan yang dipastikan ialah iman serta kufur. Orang yang beriman kepada Allah dan meninggal dunia di dalam keadaan yang beriman dan tidak menyekutukan-Nya, maka dengan imannya dia dipastikan masuk ke surga-Nya. Imam Tirmidzi meriwayatkan di dalam hadits :

 يُخْرَجُ مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنَ الإِيمَانِ

Yang artinya: “Akan dikeluarkan dari api neraka orang yang di hatinya terdapat sebiji dzarah keimanan” (Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Jâmi’ut Tirmidzi [Riyadh: Baitul Afkar Ad-Dauliyah, tt.], hal. 421).

Sedangkan untuk orang kafir yang tak beriman kepada Allah, sampai akhir hidupnya dia masih tetap pada keadaan kafirnya, maka dengan kekafirannya itu akan memasukkan dirinya ke dalam neraka. Dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 161-162 :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ, خَالِدِينَ فِيهَا لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang kafir dan mati dalam keadaan kafir mereka itu dilaknat oleh Allah, para malaikat, dan semua manusia. Mereka kekal di dalamnya. Tidak diringankan siksaan dari mereka dan mereka tidak pula diberi penangguhan

Ketiga dan keempat, dua amalan yang satu dibalas lainnya atau dibalas dengan sepadan ialah amal buruk dan keinginan dalam berbuat kebaikan. Orang yang pernah melakukan amal buruk maka dia nantinya akan memperoleh balasan yang sepadan. Jika dia melakukannya satu kali, maka dia akan mendapatkan balasannya satu kali pula. Jika dia melakukannya dua kali, maka dia akan mendapatkan balasannya dua kali pula. Dan begitu seterusnya. Surat Al-An’am ayat 160 Allah Berfirman :

وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Artinya: “Dan barang siapa yang datang dengan membawa kejelekan maka ia tidak dibalas kecuali yang semisalnya dan mereka tidak akan diperlakukan secara zalim.”

Sementara itu, bagi orang yang mempunyai niat dalam melakukan kebaikan, kemudian ia tidak melakukan kebaikan tersebut sebab adanya alasan tertentu, maka dia akan memperoleh satu balasan kebaikan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam sebuah hadits dari Rasulullah :

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَة….ً

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menetapkan berbagai perkara yang baik dan berbagai perkara yang jelek, kemudian menjelaskan hal tersebut. Maka barang siapa yang berkeinginan melakukan satu kebaikan kemudian ia tidak melakukannya, maka Allah mencatat kebaikan itu di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna…” (Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahȋh Muslim

Yang kelima, amalan yang pelakunya dibalasdengan  sepuluh kali lipat ialah amalan dalam kebaikan secara umum. Siapa pun dari hamba-Nya yang melaksanakan sebuah kebaikan maka dia akan memeperoleh pahala dari kebaikan tersebut sebesar sepuluh kali lipat. Allah SWT berfirman pada surat Al-An’am 160 :

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

Artinya: “Barang siapa yang datang dengan membawa satu kebaikan maka baginya sepuluh kali lipat kebaikan tersebut.”  Dan juga pada sebuah hadits diriwayatkan bahwa pada saat seseorang membaca Al-Qur’an maka pahalanya tidak hanya sepuluh kali lipat dari sekali baca, akan tetapi sepuluh kali lipat dari setiap huruf yang telah dibacanya.

Keenam, amalan yang orang akan memperoleh balasan pahala sebesar tujuh ratus kali lipat ialah dengan menginfakkan harta pada jalan Allah. Entah berapa pun harta yang diinfakkan dari hamba-Nya, maka dia akan memperoleh balasan sebesar tujuh ratus kali lipat dari yang yang dia infakkan. Dalam Al Baqarah 261 :

 مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti satu biji yang menumbuhkan tujuh bulir, di mana dalam masing-masing bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Dzat yang Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” Pahala sebesar tujuh ratus kali lipat untuk orang yang berinfak ialah pahala yang masih minimal. Jika Allah berkenan maka Allah dapat melipatgandakan pahala dengan lebih banyak lagi untuk siapa pun yang dikehendaki-Nya.

Syekh Nawawi Al-Banten di dalam al-Munȋr li Ma’ȃlimit Tanzȋl menyebutkan pelipatgandaan dari pahala infak sampai lebih dari tujuh ratus kali lipat ini ada pada keikhlasan serta kesusahan dari orang yang berinfak. Dengan memahami yang disampaikan oelh Syekh Nawawi tersebut, bisa saja jika ada dua orang yang berinfak dengan nominal yang sama dapat memperoleh balasan pahala yang berbeda, sebab semisal kadar dari kesusahan kedua orang tersebut berbeda-beda ketika memperoleh harta tersebut.

Contohnya, seorang penjual bawang dan seorang artis yang terkenal, berinfaq dengan nominal yang sama, tiga ratus ribu rupiah misal. Bisa jadi si penjual bawang akan memperoleh balasan pahala yang jauh lebih banyak daripada si artis yang terkenal. Ini disebabkan karena untuk seorang penjual bawang memperoleh uang tiga ratus ribu memerlukan kerja keras serta waktu yang cukup lama. Berbeda dengan artis terkenal yang dapat dengan mudah memperoleh uang banyak hanya dalam waktu singkat.

Ketujuh, amalan yang pahalanya hanya diketahui oleh Allah saja yakni puasa. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadits qudsi, Allah berfirman :

 إِنَّ الصَّوْمَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Artinya: “Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” Sebab puasa merupakan ibadah yang tak bisa dilihat oleh orang lain dan hanya dapat diketahui oleh Allah SWT saja. Dan pada saat Allah berkehendak untuk memberikan pahala untuk mereka yang berpuasa, hal tersebeut menunjukkan besarnya keutamaan dari ibadah puasa.

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, satu hal yang bisa dipahami bersama yakni Allah SWT selalu memberikan rahmat yang sangat amat besar untuk para hamba-Nya. Pada saat seorang hambanya melakukan niat dalam amal buruk, Allah SWT tidak mencatatnya di dalam catatan amal keburukannya, sedangkan ketika hamba-Nya berniat untuk melakukan amal baik, Allah SWT menuliskan satu kebaikan di dalam amalan kebaikannya. Hal tersebut tentunya sesuai dengan kehendak-Nya. Wallahu a’lam.

5 / 5. 562